September 25, 2016

BOOK REVIEW : Just One Day - Satu Hari Saja (Just One Day #1)

BOOK REVIEW : Just One Day - Satu Hari Saja (Just One Day #1)

Started on : August 21, 2016
Finish on : August 26, 2016
Original Title : Just One Day
Series : Just One Day #1
Author : Gayle Forman
Publisher : Gramedia Pustaka Utama
Published Date : February, 2014
Pages : 400
Price : Rp 70.000,00
Literary Awards : Goodreads Choice Award Nominee for Best
     Young Adult Fiction (2013)
Rating : 3/5




https://www.goodreads.com/book/show/20761988-just-one-day---satu-hari-saja?ac=1&from_search=true

Allyson Healey memiliki hidup yang selalu terencana. Seringkali rencana hidupnya adalah campur tangan dari orang tuanya. Namun segalanya berubah ketika Allyson mengikuti tur ke Eropa dalam rangka hadiah kelulusannya dan liburan sebelum menjalani hidupnya sebagai mahasiswi di sekolah kedokteran. Pada hari terakhir tur Eropanya, ia bertemu Willem, seorang aktor drama Shakespeare yang berjiwa bebas. Pertemuan pertama mereka terjadi saat Allyson menyaksikan drama Shakespeare, yang juga diperankan Willem. Dan 'kecelakaan' mempertemukan mereka kembali di kereta dalam perjalanan ke London.

Allyson yang selalu 'terencana' membuat keputusan spontan dengan menyetujui ajakan Willem untuk tur ke Paris. Hanya sehari, mereka berdua menghadapi hari yang penuh resiko, membawa mereka 'tersesat' di tempat asing, melarikan diri dari bahaya, dan merasakan romantisme kota Paris. Namun hanya cukup sehari itu, telah mengubah diri mereka menjadi orang yang berbeda.

Dia mengajariku cara untuk tersesat, kemudian menunjukkan kepadaku cara untuk bisa ditemukan.
Mungkin kecelakaan bukanlah kata yang tepat. Barangkali kata yang tepat adalah keajaiban.
Atau mungkin bukan keajaiban. Mungkin hanya kehidupan. Kalau kita membuka diri. Kalau kita meletakkan kaki di jalurnya. Ketika kita berkata ya.
page 392

Gayle Forman adalah salah satu penulis romance yang mampu mengeksekusi cerita romance yang sudah umum menjadi menarik. Seperti karya yang sebelumnya, If I Stay dan sekuelnya Where She Went, novel ini dbumbui oleh ide cerita yang tidak biasa. Kalau novel sebelumnya diwarnai sedikit nuansa supranatural, kali ini Gayle Forman menggunakan nuansa 'kebetulan', perjalanan dan pencarian dalam novel ini.

Gayle Forman mampu mengemas cerita cinta Allyson dan Willem menjadi cerita cinta yang apik. Hal ini terlihat karena dalam novel ini begitu diwarnai karya-karya Shakespeare, yang menjadi penghubung cinta antara Allyson dan Willem. Penulis bahkan mengutip beberapa dialog dalam adegan drama Shakespeare. Selain itu, bahasa Prancis juga muncul di beberapa bagian, menambah kesan romantis pada cerita ini, yang secara tidak langsung membuat pembaca belajar dan lebih tertarik untuk menguasai bahasa ini.

Dalam novel Just One Day ini, deskripsi latar belakang kota Eropa digambarkan sesuai dengan jalan cerita, tidak berlebihan seperti yang sering ditemukan pada novel bertema perjalanan lainnya. Yang paling menarik adalah salah satu latar tempat yang digunakan adalah sebuah restoran Indonesia di Belanda yang menyajikan sajian rijsttafel, (dibaca "rèisttafel" secara harfiah dlm Bahasa Belanda berarti "meja nasi") merupakan konsep penyajian dengan pilihan hidangan dari berbagai daerah di Nusantara, sesuai tata cara perjamuan resmi ala eropa, yang diawali dengan makanan pembuka (appetizer), lalu makanan utama, dan diakhiri dengan makanan penutup. (sumber : wikipedia)

Alur cerita disuguhkan dengan waktu yang runtun, berbeda dengan alur pada novel "If I Stay" milik Gayle Forman sebelumnya. Sehingga jalan cerita lebih mudah dipahami pembaca dan mudah membuat emosi pembaca naik turun. Yang sangat disayangkan adalah ditemukannya typo di beberapa bagian, walaupun tidak banyak. Namun secara keseluruhan, penerjemah layak diapresiasi karena membuat terjemahan novel ini bisa dinikmati dan dimengerti pembaca.

Bagian yang paling menarik dari novel ini adalah adegan klimaks yang terdapat pada bagian akhir, dimana tiba-tiba jalan cerita berubah sesuai dengan perubahan jalan pikiran tokoh utama, kemudian penulis dengan sengaja menggantung akhir cerita dan membuat pembaca penasaran dengan kelanjutannya di sekuel novel ini, Just One Year.

BOOK REVIEW : Just One Day - Satu Hari Saja (Just One Day #1)BOOK REVIEW : Just One Day - Satu Hari Saja (Just One Day #1)

Dibandingkan cover dari Gramedia Pustaka Utama sebelumnya dan bahkan dengan cover asli pertama versi penerbit Dutton, cover baru ini lebih menarik. Walaupun hanya berlatar dasar warna putih dengan gambar seorang wanita serta sketsa sederhana menara Eifel, namun secara keseluruhan membuat cover menjadi elegan. Selain itu, gambar pada cover Just One Day ini merupakan potongan bagian gambar, dimana potongan lainnya menjadi cover untuk novel kedua, yang berjudul Just One Year.

BOOK REVIEW : Just One Day - Satu Hari Saja (Just One Day #1)
image source : Viator




0 komentar:

Posting Komentar