September 30, 2016

BOOK REVIEW : Just One Year - Satu Tahun Saja (Just One Day #2)

BOOK REVIEW : Just One Year - Satu Tahun Saja (Just One Day #2)

Started on : August 27, 2016
Finish on : September 13, 2016
Original Title : Just One Year
Series : Just One Day #2
Author : Gayle Forman
Publisher : Gramedia Pustaka Utama
Published Date : March 28, 2016
Pages : 328
Price : Rp 65.000
Literary Awards : -
Rating : 3/5





https://www.goodreads.com/book/show/29474215-just-one-year---satu-tahun-saja?ac=1&from_search=true

Kelanjutan dari kisah Allyson dan Willem sebelumnya di Just One Day, jalan cerita dalam buku ini dimulai setelah hari yang menakjubkan mereka lalui di Paris. Namun Willem dan Allyson tanpa sengaja terpisah. Willem terbangun di ranjang rumah sakit dengan wajah dan tubuh babak belur serta kehilangan sedikit ingatannya. Segerombolan skinhead yang mengejar sebelumnya berhasil menemukannya dan memukulinya. Beruntung Willem masih mengingat sosok Lulu (Allyson) dan kenangan bersamanya, namun Willem lupa dimana ia meninggalkan Lulu. Berbekal sedikit informasi tentang Lulu, ia mulai mencari dari koper yang ditinggalkan Lulu, namun tidak ada hasil. Willem yakin Lulu sudah meninggalkan Paris.

Kembali ke Belanda, dimana setidaknya dulu adalah rumahnya, Willem mulai resah dan penasaran. Dibantu oleh sahabat-sahabatnya, Willem mulai mencari lagi sosok Lulu. Dimulai dari Paris hingga ke Meksiko, namun tidak membuahkan hasil. Tapi dari pencarian itu, Willem mulai menyadari bahwa Lulu adalah sosok yang berbeda baginya. Bukan seperti wanita-wanita yang ada disekelilingnya selama ini, yang hanya memenuhi rasa penasarannya. Namun Lulu membuat Willem terpikat padanya, membuat cinta ini lebih dari sekedar kisah cinta sesaat, seperti kisah cinta Ayah dan Ibunya.

Tanpa menyadarinya, saat mencari sosok Lulu, Willem melakukan perjalanan yang membuatnya mempertanyakan jalan hidup. Willem merasa tersesat dan membawanya kembali kepada sosok terdekat yang akhir-akhir ini asing baginya, sosok Ibunya. Perjalanan Willem ke India ini, akhirnya membuatnya lebih mengenal dirinya sendiri, membuatnya lebih mengenal sosok Ibu dan keluarganya.

...Kadang-kadang takdir atau kehidupan atau apalah sebutanmu, menunjukkan pintu yang terbuka dan kau tinggal memasukinya. Tapi kadang-kadang pintu itu terkunci dan kau harus mencari anak kuncinya dulu, atau membongkarnya, atau mendobraknya sekalian. Dan kadang-kadang kehidupan bahkan tidak menunjukkan pintu, kau sendiri yang harus membuatnya. Tapi kalau kau hanya menunggu pintu dibukakan untukmu...      ...kau bakal kesulitan mencari kebahagiaan tunggal, apalagi porsi gandanya. page 137

Kalau di buku sebelumnya, Just One Day, mengambil dari perspektif Lulu (Allyson), namun buku ini mengambil perspektif dari tokoh pria, Willem. Setipe dengan sekuel Gayle Forman sebelumnya, If I Stay dan Where She Went. Seperti buku sebelumnya, kisah romansa Willem dan Allyson juga mengambil setting tempat di beberapa negara, Paris, Belanda, Meksiko dan India. Seluruh lokasi cerita digambarkan dan diceritakan dengan menarik, sangat sesuai dengan suasana cerita.

Jika beberapa bagian cerita antara buku ini dan buku sebelumnya disatukan, Willem dan Allyson bisa saja berada pada waktu dan lokasi yang sama, dan bisa saja pertemuan mereka yang kedua terjadi. Namun Forman berhasil membuat jalan cerita menjadi menarik dengan sedikit menyinggung kemungkinan kecelakaan kecil itu.

Namun alur agak sedikit lebih lambat dibandingkan buku sebelumnya, terutama saat Willem mengalami perubahan pencarian jati diri. Cerita lebih banyak menggambarkan kerumitan seorang Willem, yang sebelumnya adalah seseorang tanpa tujuan hidup menjadi seseorang yang lebih menghargai dirinya sendiri dan orang yang disayanginya. Walaupun alur sedikit lebih lambat, tapi jalan cerita menjadi lebih menarik karena diwarnai karya-karya Shakespeare. Selain itu, pembaca juga diajak menjelajah sisi lain dari berbagai negara, salah satunya adalah industri Bollywood di India. Dengan plot-plot yang tak terduga seperti itu, Forman menciptakan cerita menjadi tidak membosankan.

Sama seperti buku Just One Day sebelumnya, bagian yang paling menarik dari novel ini adalah adegan klimaks yang terdapat pada bagian akhir, kemudian penulis dengan sengaja menggantung akhir cerita dan kembali membuat pembaca penasaran dengan kelanjutannya di buku ketiga seri ini, Just One Night.

BOOK REVIEW : Just One Year - Satu Tahun Saja (Just One Day #2)

Gambar dari cover Just One Year ini merupakan potongan gambar dari cover sebelumnya, Just One Day. Walaupun hanya berlatar dasar warna putih dengan gambar seorang pria serta sketsa sederhana deretan bangunan yang sepertinya berada di kota Amsterdam, namun secara keseluruhan membuat cover menjadi elegan. Dibandingkan dengan cover versi asli dari penerbit Dutton, cover penerbit Gramedia Pustaka Utama dengan ilustrasi dari Martin Dima ini lebih menarik dan sesuai dengan gambaran cerita, yang mengambil dari sisi perspektif tokoh pria.

BOOK REVIEW : Just One Year - Satu Tahun Saja (Just One Day #2)
 image source : ceintuurbaan



0 komentar:

Posting Komentar